Indonesia merupakan supermarket bencana karena hampir semua jenis bencana telah terjadi seperti tsunami,gempa bumi, tanah longsor, gunung meletus, banjir, pesawat jatuh, lumpur Lapindo, bom meledak akibat teroris, konflik sosial, kebakaran dan jenis bencana lainnya.
Hal ini mengakibatkan kerugian harta benda,kerusakan lingkungan, korban nyawa manusia mulai dari luka ringan,sedang bahkan kematian. Selain itu bencana yang terjadi juga mengakibatkan dampak psikologis bagi semua korban.
Sesuai dengan Undang-undang penanggulangan bencana, manajemen penanggulangan bencana itu sendiri terdiri dari beberapa tahap, pra bencana (mitigasi dan kesiapsiagaan), tahap bencana/impact (Tanggap Darurat) dan pasca bencana (rehabilitasi dan rekonstruksi).
Pada tahap pra bencana yang perlu dilakukan adalah mitigasi yakni berusaha menurunkan risiko bencana pada titik/daerah potensial bencana. Peringatan dini yakni membuat peraturan seperti tidak menebang pohon, tidak membuang puntung rokok di sembarang tempat dan pelarangan membakar hutan. Kesiapsiagaan yaitu segala upaya yang dilakukan atau langkah-langkah tepat guna untuk mengurangi bencana seperti pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan tindakan tentang penanggulangan bencana. Penanganan Taha pra bencana ini dilakukan sebelum terjadi bencana agar semua pihak tahu dan mengerti apa yang harus dilakukan dalam mengantisipasi bencana.
Tahap kedua adalah tahap tanggap darurat atau ketika terjadi bencana. Yang perlu dilakukan adalah melakukan respons secara cepat,tepat,akurat serta aman untuk mengantisipasi bencana. Tindakan ini merupakan upaya untuk mengurangi dampak bencana itu sendiri.
Pada tahap tanggap darurat yang paling diutamakan adalah penyelamatan nyawa korban dan pemenuhan kebutuhan dasar.
Pada tahap tanggap darurat semua sektor harus terlibat karena kejadian Disaster adalah tanggup jawab kita semua. Sektor yang harus terlibat adalah BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah), Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, TNI, Kepolisian, Rumah Sakit atau Puskesmas, jenis relawan lainnya seperti PMI,BASARNAS, PLN,Pemadam kebakaran,dan lain-lain. Keterlibatan sektor ini tergantung dari jenis bencananya. Apakah bencana tipe lokal, nasional atau Internasional. Semua sektor yang terlibat akan melakukan tugasnya masing-masing. Contoh nya petugas medis lebih memprioritaskan penyelamatan nyawa manusia yang mengalami luka-luka fisik. Tak kalah pentingnya ketika bencana datang,kita harus jeli melihat gangguan psikologis. Oleh karena itu kita harus menyiapkan SDM psikolog, spesialis jiwa untuk membantu mengatasi permasalahan gangguan psikologis atau gangguan jiwa manusia korban bencana. Kordinasi, komunikasi, kolaborasi antar sektor atau pihak terlibat memiliki andil yang sangat penting dalam penanganan bencana.
Tahap yang ketiga adalah tahap pasca bencana. Pertama adalah tahap rehabilitasi dimana memperbaiki kembali kerusakan yang telah terjadi dan memperkuat atau mencegah bencana yang akan datang merupakan rekonstruksi.
Bencana tidak dapat diprediksi kapan datangnya, menimpa siapa saja dan dapat terjadi dimana saja.
Seperti gedung-gedung yang tinggi idealnya memiliki struktural/organisasi keadaan darurat dan bencana. Perlu juga menyediakan SDM yang terlatih yang masing-masing memiliki tugas dan tanggung jawab. Penyediaan sarana dan prasarana serta manajemen itu sendiri. Tak kalah pentingnya adalah komitmen dan dukungan dari pimpinan.
Pada tanggal 14 September 2016 Program Profesi Ners Fakultas Kesehatan Kesehatan Masyarakat telah mencoba melakukan simulasi Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) bencana kebakaran dengan memaksimalkan kekuatan UMI mengantisipasi bencana kebakaran yang telah terjadi di fakultas perikanan dan kelautan akibat meledaknya laboratorium.
Pada simulasi ini terjadi kordinasi dan komunikasi yang baik secara internal maupun eksternal.
Mahasiswa yang telah melihat ledakan ini berupaya mematikan api dengan menggunakan APAR (Alat pemadam Api Ringan) dan kepala Laboratorium melaporkan kejadian kepada Ketua Prodi PSIK-Ners (Ns Safruddin,S.Kep.,M.Kep dan Hj. Murtini,SKM,M.Kes). Ketua prodi yang telah menerima laporan secara cepat melaporkan kepada pelaksana tugas Dekan FKM UMI (Dr. Muhammad Ikhtiar,SKM.,M.Kes). Dekan memerintahkan kaprodi untuk menggerakkan tim bantuan reaksi cepat FKM UMI yang terdiri atas 20 prang untuk segara ke lokasi bencana kebakaran dalam hal evakuasi korban. Kemudian pelaksana tugas Dekan ini yang juga alumni program doktoral Universitas Hasanuddin menghubungi Rektor Universitas Muslim Indonesia (Prof. Hj. Masrurah Mokhtar) namun nomor telepon sedang tidak aktif. Kemudian menghubungi WR I UMI (Prof. H. Syahnur Said,SE.MS).
WR I mengangkat telepon dan menginstruksikan kepada pelaksana dekan untuk mengaktifkan siaga bencana. Pelaksana tugas Dekan menghubungi Pemadam kebakaran, security kampus, kepolisian, dan Rumah sakit UMI untuk mengantisipasi bencana kebakaran yang telah terjadi. Kurang lebih 10 menit semua pihak telah tiba di lokasi kejadian. Seperti pihak kepolisian bertugas menetapkan area Ring 1 dan melakukan pengamanan bekerja dengan security kampus. Ring 1 ini adalah daerah yang rawan apalagi dengan jenis bencana kebakaran laboratorium kimia yang boleh masuk ke Ring 1 hanya tim yang telah terlatih. Secara bersamaan Damkar UMI terus berupaya mematikan api.
Korban dievakuasi pada satu titik sekaligus melakukan tiase bencana yakni pemilihan korban sesuai dengan tingkat kegawatannya. Yang dinilai pada saat tiase adalah Airway (melihat jalan nafas,apakah bebas atau ada sumbatan), Breathing (pernafasan) 10 kali/ permenit atau di atas dari 30 kali/menit merupakan kategori gawat darurat, menilai Circulation (CRT > 2 detik merupakan kondisi gawat darurat),menilai disability apakah pasien sadar atau tidak sadar. Penilaian kesadaran korban dengan menggunakan metode AVPU (Allert, Verbal, Pain, Unresponsible). Pengkategorian pasien tidak boleh lebih dari 2 menit. Penanda dari triase ini dengan menggunakan simbol warna dimana korban yang mengalami henti nafas dan henti jantung merupakan warna biru yang harus segera dilakukan Resusitasi jantung paru menggunakan AED atau DC Shock. Simbol warna merah juga merupakan pasien gawat darurat yakni mengalami gangguan jalan nafas, pernafasan,sirkulasi dan kesadaran merupakan prioritas pertama yang harus segera ditangani kurang dari 10 menit.Korban yang mengalami gangguan Circulation seperti perdarahan, fraktur/patah namun A,B dan C nya aman maka dikategorikan gawat tapi tidak darurat diberikan simbol warna kuning. Sedangkan korban yang luka ringan maupun tidak mengalami luka yakni aman jalan nafasnya,pernafasan,sirkulasi darah dan kesadaran diberikan label berwarna hijau yang merupakan prioritas ketika dalam penanganan. Sedangkan korban yang mengalami mati biologis diberikan label berwarna hitam.
Tim medis harus menempati Ring 2 dan tidak boleh masuk di Ring 1 untuk menghindari kecelakaan kerja. Pada prinsipnya tim medis harus bekerja secara aman yakni aman pasien/korban, aman lingkungan, dan aman penolong. Tim medis yang melakukan pertolongan sebaiknya tim yang sudah terlatih/memiliki sertifikat BTCLS (Basic Trauma and Cardiac Life Suport). Jumlah tim medis juga harus disesuaikan dengan jumlah korban bencana. Dalam penanganan korban bencana ini, juga harus tetap kordinasi yang baik antara insiden comandan, koordinator ambulance, tim P1, P2, P3, rumah sakit dan pihak lainnya.
Pada simulasi kali ini, mahasiswa profesi Ners didampingi langsung oleh tim Hipgabi Sulsel dan seluruh dosen program study ilmu Keperawatan. Karena semua dosen PSIK Ners UMI telah pernah mengikuti pelatihan kegawatdaruratan. Bahkan beberapa Dosen mengikuti pelatihan simulasi bencana selama 2 tahun. Ketua panitia simulasi ini merupakan Trainer Emergency and Disaster dan telah mendapatkan sertifikat dari Singhealt (Singapura Healt) yang saat itu bekerjasama dengan Hasanuddin University.
Narator dari kegiatan ini adalah Ns. Akbar Asfar, S.Kep.,M.Kes. yang secara totalitas telah menjelaskan dan menginformasikan semua kondisi dan penanganan pada simulasi kali ini. Kemudian koordinator tim ambulance yang bertugas sebagai membimbing mahasiswa Ners untuk transportasi korban dari rumah sakit lapangan ke Rumah sakit UMI adalah tim Hipgabi Sulsel dan dosen PSIK Ners (Ns. Brajakson Siokal, S.Kep.,M.Kep). Alumnus dari Magister Keperawatan Unhas ini memerankan tugas nya dengan baik dan mendapatkan apresiasi dari pimpinan terutama WD 3 FKM (Andi Surahman Batara,SKM,M. Kes) yang saat ini mengikuti proses pendidikan Doktoral di Unhas Makassar.
Koordinator tim rumah sakit UMI adalah Ns Yusrah Taqiyah,M.Kes. Yang juga tim dosen Critikal Nursing dan memiliki pengalaman bekerjasama di RSWS ruangan UGD selama 2 tahun. Ns Yusrah dibantu oleh Ns Vitra Febriyanti,Ns Resky Iftitah Alam yang juga memiliki pengalaman bekerjasama di Rumah sakit kurang lebih 2 tahun, telah mengikuti pelatihan Emergency and Disaster Management, di Rumah sakit UMI juga dibantu oleh Ns Sunarti,Ns Rahmawati Ramli, Ns Fatma Jama,S.Kep.,M.Kes.Ns Rahmat,S Kep,Ns Wa Ode Asniar,S.Kep.,M.Kes.,Ns Andi Mappanganro,S. Kep.,M.Kep., Ns Suhermi,Ns Nur Wahyuni Munir. Yang bertugas sebagai koordinator dekontaminasi korban yang terkontaminasi bahan kimia adalah Ns Erna sari,S.Kep yang memang memang kompeten di bidang ini. Semua mahasiswa Ners angk. Ke 3 dan dosen PSIK Ners UMI telah melakukan tugas dan tanggung jawabnya di rumah sakit dengan baik.
Ketua prodi (Hj. Murtini,SKmM,.M.Kes. dan Ns. Safruddin ,S.Kep.,M.Kep.) sekretaris prodi (Ns Tutik Agustini,S. Kep.,M.Kep), Pelaksana tugas Dekan FKM (Dr.Muhammad Ikhtiar,SKM.,M.Kes), WD II (Dr.dr.H.Muh.Khidri Alwi,S.Ked.,MA.,M.Kes), WD 3 (Andi Surahman Batara,SKM.,M.Kes) dan WD 4 (Dr. H. Nukman,MA) bertugas mengevaluasi proses berjalannya kegiatan ini dan menemani pimpinan Universitas melakukan kunjungan ke lokasi kejadian dan Rumah sakit
Alat-alat yang digunakan Padang simulasi ini adalah milik PSIK Ners FKM UMI, Higpgabi Sulsel, dinas kesehatan provinsi Sulsel,Milik pribadi pak Agus dosen pertambangan FTI UMI.
Yang menyediakan mengkoordinir ketersediaan alat dan bahan adalah Rita Fitriani,S.Kep.,M.Kes dan Ns Nur Ilah Padhila,S.Kep.,M.Kes.
Mobil ambulance adalah milik Baznas provinsi Sulawesi Selatan dan Fakultas Kedokteran UMI.
Dekan FKM Dr. H. R. Sudirman, M.Si mendukung penuh dan mendoakan kegiatan ini yang saat ini sedang melaksanakan ibadah Haji.
Koordinator Triase dan Rumah sakit lapangan adalah tim Hipgabi Sulsel dan dosen PSIK Ners FKM UMI yakni Ns Najihah, S.Kep. yang juga mahasiswa S2 keperawatan medikal bedah Unhas serta memiliki pengalaman bekerja di RSWS ruang UGD selama 2 tahun. Di RS lapangan juga dibantu oleh Ns Musfirah Ahmad,S.Kep.,M.Kep. alumni S2 keperawatan Medikal Bedah Unhas..
Kegiatan simulasi ini dapat terlaksana dengan baik atas bantuan secara totalitas dan kerjasama oleh semua pihak pimpinan Universitas, fakultas, prodi, panitia, Hipgabi Sulsel, Dinkes provinsi Sulsel,mahasiswa profesi Ners angkatan 3, lembaga mahasiswa, media, dan lainnya.